Kotak Kosong Berpotensi Menang di Pilwali Banjarbaru


Direktur Indonesia Strategic Institute (Instrat), Adi Nugroho, mengungkapkan fenomena melawan kotak kosong dalam Pilkada bukan hal baru di Indonesia, dan dianggap sebagai tantangan serius. Potensi melawan kotak kosong terbuka lebar di Pilwali Kota Banjarbaru tahun 2024, setelah bakal calon wali kota dan wakil wali kota Banjarbaru, Erna Lisa Halaby dan Wartono, mendapat SK rekomendasi B1-KWK dari Partai Kebangkitan Bangsa pada Minggu (18/8).

PKB semula menyerahkan SK rekomendasi ke calon petahana Wali Kota Banjarbaru, Aditya Mufti Ariffin - Said Abdullah pada awal Juli lalu. Setelah PKB beralih dukungan, Aditya-Said sementara hanya diusung PPP, sehingga memperkecil peluang lolos pendaftaran pada 27 - 29 Agustus 2024.

Adi Nugroho mengingatkan peristiwa Pilwali Kota Makassar pada Pilkada 2018. Meskipun kandidat tunggal didukung oleh mayoritas partai besar, kotak kosong justru keluar sebagai pemenang di Pilwali Makassar. 

“Fenomena ini menunjukkan bahwa pemilih bisa memilih kotak kosong sebagai bentuk protes atau ketidakpuasan terhadap pilihan kandidat yang ada,” ucap Adi Nugroho kepada wartawan, Senin 19 Agustus 2024.

Meskipun signifikan dukungan dari partai politik, kata Adi, tidak selalu mencerminkan pilihan pemilih. Pemilih di Kota Banjarbaru dengan tingkat kecerdasan politik yang tinggi, cenderung mengedepankan kualitas pribadi dan visi kandidat ketimbang sekadar afiliasi politik.

Banjarbaru adalah kota dengan IPM tertinggi se-Kalimantan Selatan, yang mencerminkan tingginya tingkat pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan ekonomi warganya. Kondisi ini menciptakan pemilih yang lebih cerdas dan kritis, yang tidak mudah dipengaruhi hanya oleh dukungan partai politik. Pemilih di Banjarbaru cenderung mempertimbangkan kualitas kandidat, rekam jejak, serta visi dan misi yang jelas dalam menentukan pilihan mereka. 

“Jika Erna Lisa dan Wartono (pasangan Lisa) tidak dapat meyakinkan pemilih bahwa mereka adalah pasangan yang paling layak dan mampu membawa perubahan positif, pemilih bisa saja beralih memilih kotak kosong,” tuturnya.

Menurut dia, strategi kampanye Lisa yang menggunakan tokoh populer dan mendatangkan banyak massa memang penting, namun respons masyarakat terhadap kampanye tersebut menjadi kunci utama. Adi mengingatkan pola kampanye semacam itu bisa berakibat fatal karena pemilih di Banjarbaru sudah cerdas, bukan sekedar kekuatan jaringan dan mendatangkan tokoh terkenal.

“Pemilih yang kritis dapat menggunakan kotak kosong sebagai alat untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka,” tutur Adi Nugroho.

Alhasil, dengan kondisi pemilih yang cerdas dan kritis, kotak kosong bukanlah sekadar alternatif, melainkan sebuah pilihan yang nyata jika kandidat tunggal tidak mampu memenuhi ekspektasi publik. Ia memprediksi kemenangan kotak kosong bisa terjadi jika Erna Lisa dan Wartono tidak berhasil mengatasi skeptisisme dan apatisme pemilih.

"Melawan kotak kosong di kota dengan pemilih yang cerdas seperti Banjarbaru adalah tantangan besar. Dukungan partai politik hanyalah salah satu komponen dalam persaingan politik ini," Adi mengingatkan.

Ia berpendapat pasangan Lisa dan Wartono harus lebih dari sekadar mengandalkan dukungan partai, namun juga harus mampu memenangkan hati pemilih dengan program yang benar-benar relevan dan solusi nyata.

"Jika tidak, kotak kosong bisa menjadi pilihan pemilih yang merasa tidak ada kandidat yang layak didukung," katanya.

“Di Pilkada Banjarbaru 2024, dukungan partai mungkin telah dimonopoli oleh satu kandidat, namun suara rakyat yang sebenarnya menentukan masih merupakan medan pertempuran yang terbuka lebar. Pemilih Banjarbaru, yang sudah cerdas dan terdidik, bisa saja menunjukkan bahwa dukungan partai tidak selalu berarti selaras dengan keinginan mereka,” tegas Adi Nugroho.

Di Pilwali Banjarbaru, pasangan calon Erna Lisa Halaby - Wartono, disokong koalisi gemuk partai politik: PAN, NasDem, Demokrat, Gerindra, dan PKB. Erna - Wartono berpotensi sebagai pasangan calon tunggal melawan kotak kosong. Sebab bakal calon petahana, Aditya Mufti Ariffin - Said Abdullah, berpotensi gagal maju karena sementara hanya mengantongi dukungan PPP, setelah PKB mencabut dukungan untuk dialihkan ke Erna Lisa Halaby.

Adapun PDIP, Golkar, dan PKS, belum secara resmi menyerahkan surat rekomendasi dukungan pasangan calon di Pilwali Banjarbaru.

Lebih baru Lebih lama


Paman Birin Sumpah Pemuda
Iklan

نموذج الاتصال